Candi Selogriyo
Informasi Wisata | |
---|---|
Lokasi | Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Magelang, Jawa Tengah. |
Tiket | Free |
Waktu Buka | 24 Jam |
Fasilitas/ Obyek Wisata | Candi Selogriyo |
Sejarah candi
Candi selogriyo terletak di
Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Candi selogriyo diperkirakan dibangun pada abad ke 8 pada masa oleh
wangsa sanjaya, dengan berada di atas bukit dan berada diketinggian 648 diatas
permukaan laut, tentunya tidak hanya sejarah yang anda dapatkan, keindahan alam
dan kesejukan alam pun anda akan temukan dilokasi candi selogriyo ini. jika anda
sedang berwisata kedaerah Yogyakarta dan Magelang khusunya, anda bisa jadikan
wisata sejarah candi selogriyo ini sebagai alternative tujuan wisata anda
setelah berkunjung ke candi borobudur, karena letaknya yang tidak begitu jauh,
hanya berjarak 24 Km dari candi borobodur.
Candi yang ditemukan oleh Hartman , residen
Magelang pada jaman penjajahan pada tahun 1835 ini terletak di kaki bukit
Sukorini dan bukit Giyanti, di lereng gunung Sumbing memiliki denah bangunannya
berbentuk palang dengan ukuran 5,2 x 5,2 meter dan tinggi 4,9 meter ini terdapat
berbagai arca yang bisa anda lihat, mulai dari arca durga yang berdiri di atas
lembu dan membawa anak laki- laki di sebelah kirinya, arca ganesa duduk dan
tanpa kepala, arca agastya yang berdiri dengan tangan yang di letakan di
belakang badan, arca mahakala yang berdiri dengan tangan kiri didepan dengan
memgang busan, dan tangan kiri di belakang badan, serta masih ada beberapa arca
yang bisa anda lihat di candi selogriyo ini.
Akses untuk menuju candi ini dari kota Magelang
kurang lebih sejauh 15 Km, yang bisa ditempuh lewat kota kecamatan Bandongan
ataupun Windusari, dari jalan utama Windusari- Bandongan di desa kembangkuning
candi ini masih berjarak 3 kilometer, dan dari posisi desa kembangkuning menuju
Candi Selogriyo hanya bisa ditempuh menggunakan jalan kaki, namun begitu
perjalan anda sejauh 3 km akan tetapi rasa lelah itu bisa terbayar dengan
pemandangan dan suasana sekitar candi yang masih asri dan sejuk dengan
pemandangan alam yang sangat menawan, dengan kesejukan khas perbukitan
.
Ada air awet muda di Candi Selogriyo
Kemegahan Candi Selogriyo di Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. (wikha/koransindo)
Konon, candi ini dibangun pada zaman yang sama dengan candi di dataran tinggi Dieng. Candi selogriyo diperkirakan peninggalan masa kejayaan kerajaan Hindu abad ke 8 Masehi pada Wangsa Sanjaya.
Bangunan bersejarah ini terletak di lokasi terpencil dari pemukiman penduduk dan tersembunyi di antara bukit Giyanti, Condong dan Malang. Tentu, akan memberikan daya tarik bagi wisatawan sekaligus menambah pengetahuan sejarah kebudayaan hindu kuno. Apalagi, bagi mereka yang berjiwa petualang.
Menariknya, lokasi candi hanya bisa ditempuh melalui jalan setapak dari pemukiman warga terdekat. Bahkan akses satu-satunya itu hanya dengan kontur tanah berbatu sepanjang sekira dua kilometer. Hal ini tentu cocok bagi yang suka petualang menjelajah alam sambil menikmati suasana pedesaan.
Tak kalah unik, candi ini juga menyimpan mata air yang berbentuk seperti pancuran. Jaraknya tak lebih dari sepuluh meter dari candi. Air pancuran tersebut, oleh warga setempat, dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit dan memberi awet muda.
Menurut sesepuh warga setempat, Kusno, Candi Selogriyo merupakan tempat ibadah dan pemujaan para pendeta Hindu atau tempat raja menyepi. Candi ini dikatakan Kusno merepresentasikan nilai-nilai yang berkembang dalam agama Hindu. Di antaranya adalah keyakinan bahwa para dewa bersemayam di tempat-tempat yang tinggi.
“Sementara air menjadi lambang dari kesuburan dan kesucian,” katanya, belum lama ini.
Berbeda dengan candi yang bernafaskan hindu lainnya, Selogriyo memiliki lima arca pada dinding luar candi. Yakni Durga Mahesura, Ganesha, Agastya, Nandiswara, dan Mahakala.
Menurut Kusno, di dalam candi dulunya terdapat lingga-yoni sebagai simbol Shiwa Mahadewa. Namun kini sudah lenyap tak berbekas. Bentuk lingga yoni ini pun juga tampak pada puncak candi yang menjadi ciri bahwa candi ini berusia kuno dan dibangun sezaman dengan candi di dataran tinggi Dieng.
Seorang pengunjung candi dari Temanggung, Faiz Syauqi mengatakan, dia mengagumi candi tersebut karena memiliki keindahan dengan panorama alam. Selain itu, udaranya juga masih segar karena letaknya yang berada di kaki gunung.
“Memang sih, untuk ke sini harus berjalan dengan jarak cukup jauh. Tapi rasa lelah itu hisa terbayar dengan pemandangan dan suasana sekitar candi yang masih asri dan sejuk. Saya juga penasaran dengan pancuran airnya. Kataya bisa bikin awet muda. Percaya ngga percaya lah,” tandasnya.
foto_foto candi dan arca